Tuesday, July 24, 2012
0
istana Mutiara Berwarna Merah
Bersumber dari Khatan Abu Imran Al-Lu’lu’i. Dia adalah seorang soleh yang suka melayani orang-orang fakir dan rumahnya selalu terbuka bagi sesiapa pun.
Suatu ketika ada sekelompok kaum bertamu ke rumahnya, dia lalu segera menghadap kepada seorang hakim agar memberi sesuatu kepadanya yang akan digunakan untuk menjamu para tetamunya itu. Akan tetapi, sang hakim tersebut tidak memberikan sesuatu pun kepadanya.
Demikianlah, Khatan pun akhirnya pergi menemui seorang Yahudi dan orang Yahudi itu ternyata mengabulkan permintaannya dan dengan segera mengirimkan sesuatu yang diperlukan oleh Khatan dalam menjamu tetamunya. Ketika sang hakim tidur, dia bermimpi seakan-akan dia sedang berdiri di depan sebuah pintu gerbang sebuah istana yang terbuat dari mutiara berwarna merah. Saat melangkahkan kakinya, hendak memasuki istana tersebut, tiba-tiba dia dihadang dan dilarang memasukinya. Lalu dikatakan kepadanya: “Sebenarnya istana ini milikmu, akan tetapi sekarang telah diserahkan kepada si Fulan yang beragama Yahudi itu.”
Pada keesokan harinya, hakim itu bergegas pergi ke rumah Khatan Abu Imran untuk meminta keterangan tentang apa yang telah dilakukannya setelah ditolak beberapa waktu sebelumnya. Setelah memberitahukannya, sang hakim itu kemudian bergegas menemui orang Yahudi sebagaimana telah disebutkan oleh Khatan.
Sang hakim berkata kepada orang Yahudi itu, “Kamu telah mempunyai istana di syurga. Adakah kamu mahu menjualnya dengan harga sepuluh ribu dirham?”
“Tidak,” jawabnya tegas.
Hakim itu berusaha menaikkan harga tawarannya, namun demikian, orang Yahudi tersebut tetap pada pendiriannya untuk tidak menjualnya.
Dan akhirnya hakim itu minta kepadanya untuk menceritakan kisah yang dialaminya, dan si Yahudi itu akhirnya menceritakan kisahnya.
Orang Yahudi itu lalu berkata kepada Khatan Abu Imran, “Ajarilah aku akan agama Islam!” Demikianlah, ditinggalkannya agama Yahudi yang dianutinya dan kemudian dia masuk Islam dengan yakin dan ikhlas.
Suatu ketika ada sekelompok kaum bertamu ke rumahnya, dia lalu segera menghadap kepada seorang hakim agar memberi sesuatu kepadanya yang akan digunakan untuk menjamu para tetamunya itu. Akan tetapi, sang hakim tersebut tidak memberikan sesuatu pun kepadanya.
Demikianlah, Khatan pun akhirnya pergi menemui seorang Yahudi dan orang Yahudi itu ternyata mengabulkan permintaannya dan dengan segera mengirimkan sesuatu yang diperlukan oleh Khatan dalam menjamu tetamunya. Ketika sang hakim tidur, dia bermimpi seakan-akan dia sedang berdiri di depan sebuah pintu gerbang sebuah istana yang terbuat dari mutiara berwarna merah. Saat melangkahkan kakinya, hendak memasuki istana tersebut, tiba-tiba dia dihadang dan dilarang memasukinya. Lalu dikatakan kepadanya: “Sebenarnya istana ini milikmu, akan tetapi sekarang telah diserahkan kepada si Fulan yang beragama Yahudi itu.”
Pada keesokan harinya, hakim itu bergegas pergi ke rumah Khatan Abu Imran untuk meminta keterangan tentang apa yang telah dilakukannya setelah ditolak beberapa waktu sebelumnya. Setelah memberitahukannya, sang hakim itu kemudian bergegas menemui orang Yahudi sebagaimana telah disebutkan oleh Khatan.
Sang hakim berkata kepada orang Yahudi itu, “Kamu telah mempunyai istana di syurga. Adakah kamu mahu menjualnya dengan harga sepuluh ribu dirham?”
“Tidak,” jawabnya tegas.
Hakim itu berusaha menaikkan harga tawarannya, namun demikian, orang Yahudi tersebut tetap pada pendiriannya untuk tidak menjualnya.
Dan akhirnya hakim itu minta kepadanya untuk menceritakan kisah yang dialaminya, dan si Yahudi itu akhirnya menceritakan kisahnya.
Orang Yahudi itu lalu berkata kepada Khatan Abu Imran, “Ajarilah aku akan agama Islam!” Demikianlah, ditinggalkannya agama Yahudi yang dianutinya dan kemudian dia masuk Islam dengan yakin dan ikhlas.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Responses to “istana Mutiara Berwarna Merah”
Post a Comment